Home » Renungan » Khotbah dan Renungan Matius 7:21-27

Khotbah dan Renungan Matius 7:21-27

No comments

Memperkenalkan Pesan Kristus

Kita hidup di dunia yang penuh dengan berbagai pandangan dan keyakinan. Di tengah kesibukan sehari-hari, sering kali kita dihadapkan pada tantangan untuk memahami apa yang benar dan apa yang salah. Sebagai jemaat Kristus, kita diundang untuk merenungkan firman Tuhan. Salah satu bagian penting dalam Alkitab yang menantang pemikiran kita adalah Matius 7:21-27. Dalam renungan kali ini, kita akan mengeksplorasi makna mendalam dari ayat-ayat ini dan bagaimana pesan tersebut relevan dengan kehidupan sehari-hari kita.

Konteks Matius 7:21-27

Matius 7:21-27 adalah bagian dari Khotbah di Atas Bukit, di mana Yesus memberikan ajaran-Nya kepada banyak orang. Dalam pengajaran ini, Yesus ingin mengklarifikasi esensi dari mengikuti-Nya. Ia menyampaikan bahwa bukan setiap orang yang berseru “Tuhan, Tuhan!” yang akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Dengan kata lain, tidak semua pengakuan diucapkan dengan mulut akan mencerminkan hati yang sejati.

Ayat ini mendorong kita untuk merenungkan inti dari iman kita. Yang menjadi penentu adalah hubungan kita yang nyata dengan Tuhan, bukan sekadar kata-kata atau tindakan yang terlihat baik di hadapan orang lain.

Menantang Pemikiran Umum

Di zaman modern sekarang ini, banyak orang yang mungkin berpikir bahwa menjadi baik berarti terlibat dalam aktivitas sosial atau menjalani kehidupan moral yang tinggi. Namun, Yesus menantang pemikiran ini dengan menekankan bahwa hubungan pribadi dengan Dia adalah hal yang paling penting. Dalam Matius 7:22, Ia berkata, “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu dan mengusir setan demi nama-Mu serta melakukan banyak mujizat demi nama-Mu?”

Pernyataan ini menunjukkan bahwa bahkan aktivitas rohani yang luar biasa sekalipun tidak cukup untuk menjamin tempat kita di Kerajaan Surga. Yesus mengatakan bahwa ada orang yang akan terkejut ketika mendapati bahwa mereka tidak dikenal oleh-Nya, meskipun mereka melakukan banyak hal atas nama-Nya. Mari kita renungkan, apakah kita bergerak dalam hidup kita hanya berdasarkan tradisi dan ritus, atau apakah kita benar-benar memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan?

Relevansi dengan Kehidupan Sehari-Hari

Dalam dunia yang serba cepat ini, sulit untuk menemukan keheningan dan momen refleksi yang mendalam. Kita sering kali terjebak dalam rutinitas, menjalani kehidupan sehari-hari tanpa berpikir tentang tujuan yang lebih tinggi. Matius 7:24-27 mengajarkan tentang hikmat membangun fondasi yang kuat.

Yesus menggunakan perbandingan dua rumah—satu dibangun di atas batu, dan yang lainnya di atas pasir. Ketika hujan turun dan angin bertiup, hanya rumah yang dibangun di atas batu yang dapat bertahan. Hal ini menunjukkan bahwa dasar iman kita harus kokoh, yaitu pada pengajaran Kristus yang benar. Maka, untuk menjaga iman kita tetap teguh, kita perlu meluangkan waktu untuk belajar dan merenungkan firman Tuhan, serta menerapkannya dalam hidup kita.

Sebagai umat Kristiani, kita dihadapkan pada berbagai tantangan dan godaan. Kita dapat dengan mudah terpengaruh oleh standar dunia ini. Namun, ketika kita membangun hidup kita di atas firman dan janji-janji Tuhan, kita memiliki kekuatan untuk mengatasi segala rintangan.

Mengajak Jemaat untuk Merenungkan

Satu pertanyaan besar yang harus kita tanyakan kepada diri kita sendiri adalah: “Apakah saya benar-benar mengenal Tuhan?” Ketika kita merenungkan pertanyaan ini, kita membiarkan Roh Kudus bekerja di dalam hati kita, membawa kita untuk lebih dekat kepada-Nya. Dalam renungan ini, mari kita ingat bahwa Allah menginginkan hubungan yang tulus dan nyata dengan kita, bukan ketaatan yang hanya berupa rutinitas.

Di akhir khotbah ini, mari kita periksa hati kita dan bertanya apakah kita sudah membangun hidup kita di atas fondasi yang kokoh. Apakah kita mulai menjalani kehidupan yang memberi buah yang baik dan mencerminkan kasih Kristus kepada dunia?

Kesimpulan

Matius 7:21-27 mengingatkan kita akan pentingnya sebuah iman yang aktif dan hubungan yang nyata dengan Kristus. Pesan ini tidak hanya menantang pemikiran umum, tetapi juga mengajak kita untuk refleksi mendalam dan tindakan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita berkomitmen untuk tidak hanya menjadi pendengar firman, tetapi juga pelaksana, membangun hidup kita di atas dasar Yesus Kristus yang kokoh.

Sebagai penutup, mari kita ingat bahwa hidup kita sebagai pengikut Kristus adalah perjalanan. Tiap langkah yang kita ambil seharusnya membawa kita lebih dekat kepada-Nya. Dengan melakukan hal-hal yang Dia perintahkan dan menjalani hidup yang mencerminkan kasih-Nya, kita dapat memastikan bahwa kita dikenal sebagai anak-anak-Nya dalam Kerajaan Surga.

Share this:

[addtoany]

Leave a Comment