Pendahuluan
Dalam dunia yang seringkali dipenuhi dengan keraguan dan kebohongan, kebenaran adalah sesuatu yang berharga dan jarang kita temukan. Di dalam Injil Matius, khususnya dalam Matius 28:11-15, kita disuguhkan dengan sebuah peristiwa yang mendorong kita untuk merenungkan apa arti kebenaran dan bagaimana kita meresponsnya dalam kehidupan sehari-hari. Firman Tuhan dalam bagian ini sekaligus menjadi tantangan bagi pemikiran umum kita. Mari kita eksplorasi teks ini lebih dalam dan lihat apa yang mau Tuhan sampaikan kepada kita.
Teks Alkitab
Matius 28:11-15 berbunyi sebagai berikut:
11 Ketika mereka pergi, beberapa dari penjaga itu pergi ke kota dan memberitahukan kepada imam-imam kepala segala yang telah terjadi. 12 Setelah berkumpul dengan tua-tua dan mengadakan musyawarah, mereka memberi banyak uang kepada serdadu-serdadu itu, 13 dan berkata: “Katakanlah: ‘Murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri Dia, sementara kita tidur.’ 14 Dan jika hal ini sampai kepada gubernur, kami akan mengatur supaya kalian aman.’ 15 Mereka mengambil uang itu dan melakukan sebagaimana yang diperintahkan kepada mereka. Dan kabar ini tersebar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.
Konteks Ayat
Dalam konteks kebangkitan Yesus, kita melihat dua kelompok: para penjaga yang ditugaskan untuk menjaga kubur Yesus dan para pemimpin agama. Para penjaga yang menyaksikan kebangkitan Kristus harus menghadapi kenyataan menakutkan tentang apa yang mereka lihat. Namun, alih-alih menyampaikan kebenaran kepada publik, mereka justru memilih untuk berkolusi dengan para pemimpin agama demi perlindungan diri mereka dan mendapatkan sebagian harta.
Kisah ini mencerminkan kondisi rohani yang ada pada waktu itu dan bahkan relevan dengan kondisi masyarakat masa kini. Keinginan untuk menutupi kebenaran demi kepentingan pribadi dan pengaruh adalah isu yang masih ada hingga sekarang.
Pesan Utama
1. Tantangan Terhadap Kebenaran
Kita hidup di dunia di mana banyak sekali informasi yang beredar, baik yang benar maupun yang salah. Seolah-olah kebenaran sudah menjadi barang langka. Dalam kisah ini, para penjaga pilihan untuk menutupi kebenaran tentang kebangkitan Yesus dengan menerima suap. Mereka lebih memilih untuk melindungi posisi dan kaos sosial mereka daripada menyampaikan kebenaran yang mereka saksikan.
Sebagai jemaat, kita ditantang untuk tidak mudah terpengaruh oleh opini populer yang sering kali bertentangan dengan kebenaran. Kita dipanggil untuk berpegang pada apa yang Tuhan katakan dalam Firman-Nya, meskipun kadang sulit untuk melakukannya.
2. Risiko Mengatakan Kebenaran
Memberitakan kebenaran sering kali membawa risiko. Para penjaga menyadari bahwa jika mereka bercerita tentang apa yang sebenarnya terjadi, konsekuensi yang menanti mereka bisa berbahaya. Mereka bisa saja kehilangan pekerjaan, reputasi, bahkan nyawa. Namun, hal ini tidak seharusnya menghalangi kita untuk menyampaikan kebenaran yang kita ketahui.
Dalam konteks kekristenan, kita sering kali dihadapkan pada situasi di mana kita harus memilih antara menyampaikan kebenaran atau mengikuti arus dunia. Matius 5:10-12 berkata: “Berbahagialah orang yang persegikan karena kebenaran.” Ini adalah pengingat bahwa penderitaan demi kebenaran itu berharga di hadapan Tuhan.
3. Kekuatan Kolusi
Satu aspek menarik dari cerita ini adalah bagaimana kolusi dapat merusak moralitas. Kolusi antara para penjaga dan pemimpin agama menunjukkan bahwa saat kita berkompromi dengan kebenaran, kita juga menumbuhkan iklim yang mendukung kebohongan. Ketika kita memilih untuk menutup mata terhadap kebenaran demi kenyamanan atau keuntungan pribadi, kita bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga orang lain.
Inilah tantangan bagi setiap teolog, pemimpin gereja, dan setiap individu yang mengaku percaya kepada Kristus. Apakah kita bersedia mengambil sikap yang benar, meskipun itu bisa merugikan diri kita?
Relevansi dalam Kehidupan Sehari-hari
Mari kita terjemahkan renungan ini ke dalam kehidupan sehari-hari kita. Kebenaran tidak hanya ditemukan dalam konteks kekristenan, tetapi juga dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk di tempat kerja, komunitas, bahkan dalam hubungan sosial kita. Berbicara dan bertindak sesuai dengan kebenaran mungkin membuat kita tampak tidak populer atau bahkan berisiko, tetapi kita harus ingat bahwa integritas adalah nilai yang tidak ternilai.
Ketika kita berada dalam situasi di mana kebenaran perlu disampaikan, kita harus berdoa dan mencari hikmat dari Tuhan. Dalam situasi sulit, kita bisa mencari dukungan dari komunitas iman di sekitar kita. Dukungan ini penting agar kita dapat berdiri teguh dalam kebenaran dan tidak terintimidasi oleh penolakan atau kritik yang mungkin kita terima.
Kesimpulan
Matius 28:11-15 mengajarkan kita tentang pentingnya kebenaran, tantangan yang datang bersamanya, dan risiko yang harus kita ambil saat bersaksi tentang kebenaran. Sebagai umat Kristen, kita tidak hanya dipanggil untuk mengetahui kebenaran, tetapi juga untuk menyampaikannya meskipun ada resiko yang mengintai.
Mari kita menjadi pelayan kebenaran dengan cara hidup yang mencerminkan ketaatan kita kepada Tuhan. Dalam setiap keputusan yang kita ambil, marilah kita ingat bahwa di mana ada Tuhan, di situlah ada kebenaran yang harus dipegang teguh.
Referensi:
- Alkitab, Matius 28:11-15.
- “Kebenaran dalam Kekristenan” – Buku Teologi.
- “Etika Kristen” – Artikel di Jurnal Teologi.
Dengan renungan ini, semoga kita semua diingatkan akan panggilan kita sebagai pengemban kebenaran di dunia ini. Mari kita merenung dan berdoa agar Tuhan memberi kita keberanian untuk melaksanakan panggilan tersebut.