Menantang pemikiran umum, mengajak jemaat untuk merenungkan, serta menyampaikan pesan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, Matius 23:1-36 adalah salah satu bagian dari Injil yang tidak dapat diabaikan. Dalam bagian ini, Yesus Kristus menegur keras para pemimpin agama pada zaman-Nya, mengekspos hipokrisi dan kepura-puraan mereka. Melalui pengajaran ini, Yesus memberikan pelajaran penting tentang integritas, kepemimpinan yang benar, dan hubungan kita dengan Tuhan.
Latar Belakang Matius 23
Dikhususkan buat para Farisi dan ahli Taurat, Matius 23 dimulai dengan pernyataan Yesus tentang pentingnya mengikuti ajaran tetapi bukan meniru perilaku para pemimpin tersebut. Ini merupakan pengingat bagi kita bahwa pengetahuan dan posisi bukanlah jaminan untuk menjalani hidup yang benar di hadapan Tuhan. Domisili spiritual yang diperintahkan dan dijanjikan oleh Allah terletak pada hati yang tulus, bukan seberapa banyak pelajaran agama yang kita ketahui atau seberapa tinggi jabatan kita di gereja.
Konteks dan Penjelasan
Ayat-ayat dalam Matius 23:1-36 ini sering disebut sebagai “Woe” atau celaka, di mana Yesus secara langsung menunjukkan kepada para pemimpin agama masalah-masalah yang mereka miliki. Dalam ayat-ayat ini, terdapat kritik yang tajam mengenai bagaimana mereka mengajarkan hal-hal yang baik tetapi tidak melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ayat 1-12: Panggilan untuk Kepemimpinan yang Rendah Hati
Yesus mengingatkan kita bahwa pemimpin sejati adalah hamba bagi orang lain. Dalam tradisi budaya pada zaman itu, para Farisi ingin dihormati dan diperhatikan, tetapi Yesus mengajarkan bahwa yang terpenting adalah melayani dengan rendah hati. Dalam ayat 11, Yesus berkata, “Siapa yang terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.” Ini adalah tantangan yang besar bagi kita semua, terutama bagi para pemimpin gereja, untuk mengedepankan contoh hidup yang mencerminkan Kristus dalam setiap tindakan dan kata-kata.
Ayat 13-15: Ancaman terhadap yang Menghalangi Jalan Keselamatan
Yesus menjelaskan bahwa tindakan para pemimpin yang hipokrit ini tidak hanya merugikan diri mereka sendiri, tetapi juga orang lain. Dalam ayat 15, Dia mengingatkan bahwa mereka dapat mengubah orang menjadi lebih buruk daripada diri mereka sendiri. Sebagai jemaat, kita harus waspada terhadap ajaran yang menyesatkan dan berusaha untuk tetap fokus pada kebenaran Firman Tuhan.
Ayat 16-22: Memperhatikan Segala Hal yang Terlihat
Banyak dari kita mungkin seringkali terjebak dengan aturan dan tradisi yang dibuat oleh manusia, yang seringkali mengalihkan perhatian kita dari inti ajaran Tuhan. Dalam ayat-ayat ini, Yesus menggambarkan betapa absurdnya kebiasaan-kebiasaan yang dibuat oleh manusia yang mengabaikan tujuan utama dari hukum Allah. Sebagai contoh, Yesus mengingatkan kita bahwa suatu persembahan tidaklah berarti tanpa hati yang benar. Jika kita hanya melaksanakan ibadah tetapi hati kita jauh dari Tuhan, maka segala sesuatu menjadi sia-sia.
Ayat 23-24: Keseimbangan dalam Ibadah
Dalam ayat ini, Yesus menegur ketidakadilan mereka yang sangat mematuhi hal-hal kecil tetapi mengabaikan yang lebih besar, yaitu keadilan, belas kasihan, dan iman. Dia berkata, “Kamu sepatu yang menyaring nyamuk tetapi menelan unta.” Ini adalah panggilan bagi kita untuk mengevaluasi ibadah kita dan tujuan kita. Tuhan ingin hati yang tulus dan penyerahan penuh kepada-Nya, bukan sekadar agama yang berjalan di permukaan.
Ayat 25-28: Mengutamakan Hati yang Bersih
Yesus menggambarkan bahwa apa yang ada di dalam hati kita jauh lebih penting daripada apa yang terlihat dari luar. Kita bisa terlihat sangat mengagumkan dan rohani di hadapan orang lain, tetapi jika hati kita kotor, maka kita hanya menyembunyikan diri di balik topeng. Mengelola pikiran dan emosi kita, serta menjaga hati tetap bersih di hadapan Tuhan adalah kunci dalam kehidupan kekristenan.
Penutup: Pesan untuk Hidup Sehari-hari
Matius 23:1-36 adalah pengingat bagi kita tentang perlunya ketulusan dalam mengikuti ajaran Kristus. Yesus mengajarkan kita untuk berpikir kritis tentang kepemimpinan, integritas, dan hubungan kita dengan Tuhan. Di dunia yang penuh dengan kebohongan dan ketidakjujuran, menjadi terang bagi orang lain adalah panggilan kita sebagai pemimpin dan sebagai jemaat.
Ketika menghadapi tantangan hidup, ingatlah bahwa pelayanan yang setia dan rendah hati adalah kunci untuk mendapatkan berkat sebenarnya dari Tuhan. Kita diajak untuk tidak hanya menjadi pendengar firman, tetapi juga pelaku yang berintegritas dalam tindakan kita sehari-hari. Mari kita refleksikan setiap aspek dari kehidupan kita dan menjadi pengikut Kristus yang sejati, yang tidak hanya menampilkan wajah yang benar tetapi juga memiliki hati yang tulus di hadapan-Nya.
Dengan demikian, pesan dalam Matius 23:1-36 adalah untuk kita semua—agar kita menjadi pelayan yang rendah hati, peka terhadap ajaran yang kita terima, dan selalu berusaha untuk menjaga hati kita dalam kebenaran Tuhan. Mari kita merenungkan pesan ini dan berkomitmen untuk hidup sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Yesus.