Home » Renungan » Khotbah Dan Renungan Markus 9:38-40

Khotbah Dan Renungan Markus 9:38-40

No comments

Menantang pemikiran umum, mengajak jemaat untuk merenungkan, serta pesan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Itulah tujuan dari khotbah dan renungan yang kita akan bahas hari ini, yaitu Markus 9:38-40. Dalam bagian Alkitab ini, kita diajak untuk mendalami lebih dalam tentang inklusivitas pelayanan, sikap keterbukaan, dan kebersamaan dalam iman. Melalui kisah ini, kita akan menemukan banyak pelajaran berharga yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Di dalam Markus 9:38-40, kita menemukan Yohanes yang melaporkan kepada Yesus bahwa mereka melihat seseorang yang mengusir setan dengan nama Yesus, tetapi orang itu bukan salah satu dari mereka. Yohanes dengan pandangan yang terbatas beranggapan bahwa hanya mereka yang mendampingi Yesus yang memiliki hak untuk melayani dalam nama-Nya. Namun, Yesus menjawab dengan sangat jelas: “Jangan kamu cegah dia, sebab tidak ada seorang pun yang melakukan mujizat dalam nama-Ku, yang dengan serta merta dapat berkata sesuatu yang jahat tentang Aku.” (Markus 9:39).

Yesus mengajarkan kepada kita bahwa pelayanan-Nya tidak dibatasi oleh label, kelompok, atau tradisi tertentu. Dalam perikop ini, kita melihat bahwa Yesus mengajak kita untuk berpikir lebih luas tentang siapa yang dapat melayani dan siapa yang dapat mengenal-Nya. Keterbukaan terhadap orang lain, bahkan yang mungkin berbeda dari kita, merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan berjemaat.

Sekarang, mari kita telusuri beberapa poin kunci dari Markus 9:38-40 yang dapat menginspirasi kita dalam kehidupan sehari-hari:

1. Keterbukaan dalam Melayani

Yesus menyadarkan murid-murid-Nya bahwa siapa pun yang melakukan pekerjaan baik dalam nama-Nya, memang layak untuk dihargai. Di zaman sekarang, kita sering terjebak dalam pandangan eksklusif terhadap komunitas iman kita. Kita mungkin berpikir bahwa hanya orang-orang yang seiman atau sepelayanan dengan kita yang dapat berbuat baik. Namun, Yesus menunjukkan kepada kita pentingnya membuka hati dan pikiran kita untuk menerima kebaikan yang dilakukan oleh orang lain, meskipun mereka tidak termasuk dalam lingkaran kita.

2. Persatuan dalam Keragaman

Penting untuk diingat bahwa kita bukan satu-satunya pemegang kebenaran. Keragaman dalam iman dan cara pelayanan merupakan bagian dari rencana Tuhan bagi umat manusia. Selalu ada banyak cara untuk mengenal dan melayani-Nya. Dalam konteks gereja, kita perlu menjunjung tinggi prinsip persatuan di tengah keragaman, karena justru dari situlah kita dapat belajar dan berkembang sebagai komunitas. Kita dapat membangun jembatan komunikasi dan saling belajar dari satu sama lain, yang pada akhirnya akan memperkuat iman kita.

3. Menghargai Setiap Pelayanan Kecil

Banyak dari kita mungkin meremehkan pelayanan yang kecil atau dianggap tidak penting. Namun, Yesus menegaskan bahwa setiap tindakan kebaikan, sekecil apapun, memiliki nilai di mata-Nya. Dalam Markus 9:41, Yesus berkata, “Siapa saja yang memberi kamu minum secangkir air karena kamu milikku, sesungguhnya aku berkata kepadamu: Ia tidak akan kehilangan upahnya.” Ini mengingatkan kita bahwa pelayanan bukan hanya tentang prestasi besar, tetapi juga tindakan sederhana yang mungkin kita anggap sepele.

4. Tidak Ada Midang Tempat yang Bagus bagi Tuhan

Di dunia yang semakin terpolarisasi ini, visi eksklusif tentang siapa yang dapat diizinkan melayani atau diakui bisa sangat berbahaya. Menganggap pelayan dari luar kelompok kita tidak setara hanya akan menciptakan penghalang dan pertikaian. Yesus sendiri memberikan teladan dengan bekerja di antara berbagai lapisan masyarakat dan menerima siapa pun yang datang kepada-Nya. Mari kita ingat bahwa setiap orang berpotensi untuk mengalami dan membagikan kasih Allah.

5. Mengembangkan Budaya Salih dan Kasih

Terakhir, penting untuk mengembangkan budaya salih dan kasih di dalam komunitas kita. Dalam konteks Markus 9:38-40, kita diajak untuk melihat pelayanan bukan hanya sebagai tugas, tetapi sebagai panggilan untuk membawa lebih banyak orang ke dalam pengalaman akan kasih Allah. Dalam melakukan hal itu, kita harus menunjukan bahwa setiap tindakan baik yang dilakukan, sekalipun tidak terdeteksi, adalah bagian dari pelayanan kepada Tuhan.

Dengan merenungkan pelajaran yang terkandung dalam Markus 9:38-40, kita diharapkan dapat memperluas pandangan kita tentang siapa yang dapat terlibat dalam pelayanan. Kita diajarkan untuk tidak hanya menerima orang-orang yang mirip dengan kita, tetapi juga menyambut keberagaman sebagai bagian dari rencana Tuhan. Semoga khotbah dan renungan ini menjadi wadah bagi kita untuk bertumbuh dalam iman dan bersatu dalam kasih.

Kita diingatkan untuk terbuka, mau mendengarkan, dan saling menghargai. Mari kita menjadi pelayan Kristus yang siap menjangkau lebih banyak orang, apapun latar belakang mereka, dan menginspirasi satu sama lain untuk melayani dengan sepenuh hati. Kiranya setiap tindakan yang kita lakukan selalu membawa kemuliaan bagi nama-Nya.

Share this:

[addtoany]

Leave a Comment