Menantang pemikiran umum, hari ini kita akan merenungkan kisah yang tertera dalam Markus 9:14-29. Setiap kali kita membaca Alkitab, kita dihadapkan pada banyak ajaran yang tak hanya berfungsi sebagai panduan spiritual, tetapi juga sebagai cermin untuk kehidupan sehari-hari. Dalam bagian ini, kita akan menemukan kisah tentang Yesus yang menyembuhkan seorang anak yang kerasukan roh jahat. Kisah ini memberi kita pelajaran yang dalam tentang iman, ketidakberdayaan manusia, serta kuasa Allah.
Di awal pasal, kita melihat bahwa Yesus, setelah turun dari Gunung Transfigurasi, menyaksikan kerumunan yang terlibat dalam perdebatan dengan para ahli Taurat. Di tengah kerumunan itu, seorang ayah muncul dengan sangat putus asa, meminta bantuan Yesus untuk menyembuhkan anaknya yang mengalami penderitaan akibat kerasukan roh jahat. Keterdesakan ayah ini menggambarkan realitas hidup yang sering kita alami: betapa kita sering kali merasa tidak berdaya ketika dihadapkan pada masalah yang tampaknya tidak ada solusinya.
Bisa kita bayangkan betapa beratnya beban yang harus dipikul oleh ayah ini. Sejak kecil, anaknya didera oleh roh jahat yang menyebabkan banyak masalah—seperti terjatuh ke dalam api dan air. Keterdesakan ini menggambarkan situasi kita ketika kita bertarung dengan masalah hidup yang tampaknya mustahil dijawab, baik itu masalah kesehatan, hubungan, atau finansial.
Dalam Markus 9:17-18, ayah itu berkata: “Guru, aku membawa anakku kepadamu, sebab ia memiliki roh yang membuatnya bisu; dan setiap kali roh itu menyerangnya, ia membuatnya terjatuh dan menggerogoti dia.” Kata-kata ini menggambarkan keputusasaan yang mendalam. Namun, Yesus, setelah mendengar ini, bertanya, “Seberapa lutfi hingga sekarang kamu percaya?” Ini adalah pertanyaan yang mengundang kita untuk merenungkan seberapa kuat iman kita dalam menghadapi tantangan.
Jawaban ayah itu, “Aku percaya; tolonglah aku yang tidak percaya!” (Markus 9:24), adalah permohonan yang sangat jujur dan penuh kerentanan. Ini adalah pengakuan yang sering kita abaikan dalam hidup kita: ada saat-saat ketika kita mungkin merasa percaya, namun di sisi lain, keraguan kerap mengintai. Iman bukan hanya tentang keyakinan yang kuat; terkadang, iman datang bersama ketidakpastian. Dalam konteks iman Kristen, ini adalah pengingat bahwa kita tidak sendirian: bahkan ketika keraguan ada, kita dapat berdoa dan meminta pertolongan dari Tuhan.
Penting untuk memperhatikan respon Yesus terhadap permohonan ini. Dia tidak menganggap remeh ketidakpastian ayah tersebut, tetapi justru menjadikannya sebagai kesempatan untuk menunjukkan kuasa-Nya. Yesus kemudian memerintahkan roh jahat itu untuk keluar dari anak tersebut, yang mampu menampilkan bukan hanya kuasa-Nya atas roh jahat tetapi juga keinginan-Nya untuk menyelamatkan dan menolong mereka yang ada dalam kesulitan.
Dalam ayat-ayat selanjutnya, kita melihat bagaimana pengikut Yesus bertanya mengapa mereka tidak dapat mengusir roh itu. Yesus menjawab, “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan doa dan puasa” (Markus 9:29). Ini adalah penekanan pada pentingnya persiapan spiritual—ada tantangan dalam hidup yang seringkali memerlukan lebih dari sekadar kehadiran fisik atau usaha biasa. Kesediaan untuk berdoa dan berpuasa adalah pengingat bahwa ada saat-saat ketika kita perlu mendekatkan diri kepada Allah, berserah kepada-Nya dan mencari kuasa-Nya untuk mencapai pemulihan dan kelepasan.
Pada titik ini, kita harus mempertanyakan diri kita sendiri: Sudahkah kita memberikan waktu yang cukup untuk berdoa dan mengejar hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan ketika dihadapkan pada tantangan? Apakah kita hanya bergantung pada kekuatan kita sendiri, ataukah kita bersedia untuk berjuang secara spiritual? Khotbah dan renungan ini mendesak kita untuk merenungkan cara kita mendekati tantangan hidup.
Dalam konteks zaman sekarang, pesan dari Markus 9:14-29 sangat relevan. Kita hidup di dunia yang penuh dengan tantangan dan kekacauan. Banyak orang hari ini yang mengalami masalah mental, fisik, atau spiritual yang tampaknya tak bisa diatasi. Melalui cerita ini, kita diajak untuk mengingat bahwa kita tidak sendirian; ada kuasa dalam iman dan doa. Banyak orang yang berjuang dengan masalah besar di dalam hidup mereka, dan sering kali membutuhkan bantuan. Sebagai jemaat, kita perlu menjadi saluran harapan dan dukungan bagi satu sama lain, mengingat bahwa kita juga adalah bagian dari tubuh Kristus.
Ketidakpuasan dan keputusasaan adalah dua hal yang sangat umum dalam perjalanan hidup kita. Namun, dalam Markus 9, kita menemukan bahwa pengakuan kerentanan kita dapat membuka jalan bagi campur tangan ilahi. Kita mungkin merasa tidak cukup kuat atau tidak layak, tetapi iman yang sederhana, dengan pengharapan kepada Allah yang besar, dapat membawa kita melalui apa pun.
Akhirnya, mari kita ingat bahwa Markus 9:14-29 mengajak kita untuk tidak hanya mencari kekuatan kita sendiri tetapi juga untuk menjangkau dan mengizinkan Allah yang berkuasa untuk bertindak. Ketika kita menghadapi tantangan, baik untuk diri kita sendiri maupun bagi orang lain, ingatlah bahwa ada kekuatan dalam iman dan doa. Mari kita berdoa agar Tuhan menguatkan iman kita dan membuka pikiran kita untuk melihat cara-Nya yang luar biasa dalam hidup kita dan hidup orang lain.
Dengan demikian, marilah kita berdoa: Tuhan, ajar kami untuk percaya kepada-Mu lebih dalam, agar di dalam segala tantangan yang kami hadapi, kami tidak hanya mengandalkan kekuatan kami tetapi juga bersandar pada iman dan doa kepada-Mu. Amin.