Dalam setiap perjalanan iman, kita sering kali dihadapkan pada tantangan-tantangan yang menguji keteguhan kita. Salah satu momen yang sangat signifikan dalam perjalanan Kristus dan juga dalam imamat kita terdapat dalam Injil Markus, khususnya dalam Markus 1:9-11. Pada bagian ini, kita diajak untuk menelusuri makna dari baptisan Yesus di sungai Yordan dan bagaimana peristiwa tersebut menantang pemikiran umum serta membawa pesan yang relevan untuk hidup kita sehari-hari.
Mari kita baca Markus 1:9-11:
“Dan pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di Galilea, dan Ia dibaptis di dalam sungai Yordan. Segera setelah Ia keluar dari air, Ia melihat langit terbelah dan Roh datang turun ke atas-Nya seperti burung merpati. Dan ada suara dari Sorga:Engkau lah Anak-Ku yang terkasih; kepada-Mulah Aku berkenan.”
Peristiwa ini bukan hanya sekadar ritual baptisan. Ini adalah momen yang membawa banyak makna, dan sering kali kita melupakan kedalaman dari peristiwa yang tampaknya sederhana ini. Mari kita telaah beberapa aspek dari teks ini.
Pertama, mari kita lihat tindakan Yesus yang datang untuk dibaptis. Dalam konteks teologi, pembaptisan adalah simbol pertobatan dan pengakuan akan dosa. Namun, Yesus yang tanpa dosa, mengapa Ia harus dibaptis? Ini menantang kita untuk merenungkan sifat inkarnasi Kristus. Dengan mengikuti ritual baptisan, Yesus menunjukkan solidaritas-Nya dengan umat manusia. Ia tidak hanya lahir sebagai manusia, tetapi juga mengambil bagian dalam pengalaman yang dialami manusia, termasuk pertobatan. Dalam hal ini, kita diajak untuk merenungkan apakah kita benar-benar menyadari kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita.
Kedua, setelah Yesus dibaptis, ada momen luar biasa ketika langit terbelah dan Roh Kudus turun seperti burung merpati. Gambar ini bukan saja menggambarkan kehadiran Roh Kudus, tetapi juga menegaskan pengenalan akan identitas Kristus sebagai Anak Allah. Dalam serangkaian berita tentang pengakuan iman, apa artinya bagi kita ketika kita mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat? Momen ini mengingatkan kita bahwa dalam momen-momen penting dalam hidup, kita perlu merasakan kehadiran Allah yang secara aktif bekerja dalam diri kita. Ini adalah panggilan untuk membuka hati kita agar Roh Kudus dapat lebih leluasa bekerja dalam hidup kita.
Suara dari Sorga yang menyatakan, “Engkau lah Anak-Ku yang terkasih; kepada-Mulah Aku berkenan,” menjadi pengukuhan penting bagi Yesus. Ini menjadi pengingat tidak hanya bagi Yesus, tetapi juga bagi kita, bahwa identitas kita bukan ditentukan oleh pekerjaan atau prestasi kita, melainkan oleh kasih Allah yang mengaruniakan hidup dan tujuan bagi setiap individu. Kerap kali dalam kehidupan sehari-hari, kita terjebak dalam pencarian untuk membuktikan diri kita kepada dunia, tetapi Allah sudah memandang kita dengan kasih yang sempurna. Kita diajak untuk merenungkan, siapakah kita di hadapan Allah? Apakah kita menerima kasih-Nya dalam hidup kita?
Ketiga, peristiwa ini juga menggambarkan transisi penting dalam pelayanan Yesus. Setelah baptisan ini, Yesus memulai pelayanan-Nya dengan kuasa dan otoritas yang diberikan oleh Roh Kudus. Hal ini mengajak kita untuk mempertanyakan langkah pertama kita dalam mengikuti panggilan Allah atas hidup kita. Apakah kita sudah menjalani panggilan kita dengan penuh komitmen? Apakah kita mengizinkan Roh Kudus memimpin jalan kita seperti yang terjadi dalam hidup Yesus?
Selanjutnya, mari kita gunakan momen ini sebagai kesempatan untuk menantang pemikiran umum di dalam jemaat. Dalam masyarakat yang sering kali mementingkan prestasi, kita mungkin mudah terjebak dalam keyakinan bahwa nilai diri kita ditentukan oleh apa yang kita capai. Namun, dengan meneliti makna dari baptisan Yesus, kita diingatkan kembali bahwa nilai kita datang dari hubungan kita dengan Tuhan. Dalam peristiwa ini, setiap anak Tuhan diundang untuk menemukan nilai dan identitas yang sejati dalam diri mereka, bukan dalam apa yang mereka lakukan, tetapi dalam siapa mereka di hadapan Allah.
Akhirnya, mari kita refleksikan tentang peran kita sebagai individu yang telah mengalami kasih karunia Tuhan. Sebagai orang yang telah dibaptis, kita dipanggil untuk hidup dalam pengenalan akan Allah dan untuk meneruskan kasih tersebut kepada orang lain. Ini bukan sekadar panggilan untuk diri sendiri, tetapi sebuah tanggung jawab untuk menjangkau dan memberdayakan orang lain. Setiap tindakan kasih yang kita lakukan mencerminkan identitas kita sebagai anak-anak Allah. Dengan demikian, seperti Yesus, kita diundang untuk tidak hanya mengalami baptisan, tetapi juga untuk hidup dalam misi yang ditugaskan Allah bagi kita.
Dalam hidup ini, tantangan akan selalu ada. Namun, dengan fokus pada pengalaman Yesus dalam Markus 1:9-11, kita memiliki dorongan untuk merenungkan, menginternalisasi dan melanjutkan warisan ini dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita terus berdoa, merenungkan, dan membiarkan Roh Kudus bekerja dalam hidup kita, agar kita dapat menjadi saksi kasih Tuhan yang hidup di tengah dunia yang membutuhkan pengharapan dan kasih.