Home » Renungan » Khotbah Dan Renungan Markus 14:3-9

Khotbah Dan Renungan Markus 14:3-9

No comments

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita terjebak dalam rutinitas dan pola pikir yang telah mapan. Namun, ketika kita menghadapi teks suci seperti Markus 14:3-9, kita diundang untuk menantang pemikiran umum dan melihat lebih dalam makna yang tersembunyi di balik kisahnya. Dalam pasal ini, terdapat momen penting yang menggambarkan tindakan seorang wanita yang menuangkan minyak wangi yang mahal ke atas kepala Yesus. Tindakan ini, meskipun dianggap tidak biasa dan bahkan disangsikan oleh beberapa orang di sekitarnya, menyimpan pesan yang relevan bagi kita hari ini.

Khotbah dan renungan tentang Markus 14:3-9 mengajak kita untuk merenungkan makna pengorbanan, cinta, dan komitmen dalam kehidupan kita sebagai individu yang percaya. Mari kita telaah ayat tersebut dalam konteks yang lebih luas dan identifikasi pokok-pokok penting yang bisa kita ambil.

Pada ayat pertama hingga kedua, kita melihat bahwa Yesus menjelang penyaliban-Nya. Dalam kerumunan yang ada, terdapat banyak rencana jahat untuk menangkap dan membunuh-Nya. Namun, di tengah situasi yang penuh ketidakpastian dan kegelapan ini, muncul tindakan yang penuh pengabdian dari seorang wanita yang tidak disebutkan namanya. Tindakan ini menantang pemikiran umum karena bukan tindakan yang dianggap sesuai oleh banyak orang saat itu.

Wanita ini, yang dalam teks dicatat bahwa ia menuangkan minyak wangi yang mahal, menunjukkan komitmen dan pengorbanan yang besar. Dalam konteks masyarakat saat itu, minyak wangi yang digunakan adalah barang yang sangat berharga, dan tindakan menuangkan ke atas kepala Yesus bisa dianggap sebagai tindakan yang sia-sia. Namun, bagi wanita ini, itu adalah simbol dari kasih yang tulus dan pengakuan akan siapa Yesus—Sang Mesias.

Dalam renungan kita, kita juga diajak untuk melihat bagaimana seringkali kita membatasi pengorbanan kita dengan standar yang diatur oleh dunia. Kita mungkin merasa bahwa memberikan sesuatu yang berharga kepada Tuhan harus dilakukan dengan cara yang ‘aman’ dan sesuai dengan anggaran kita. Namun, seperti wanita tersebut, kita dipanggil untuk memberikan yang terbaik dari diri kita. Cinta sejati seringkali tidak memperhitungkan harga; itu adalah komitmen yang tanpa syarat untuk menghadirkan sesuatu yang berharga kepada Tuhan.

Respons dari para murid, yang merasa bahwa minyak wangi tersebut seharusnya dijual dan hasilnya diberikan kepada orang-orang miskin, menggambarkan pemikiran manusia yang sering kali terjebak dalam pragmatisme. Mereka tidak memahami bahwa tindakan wanita itu adalah sebuah pernyataan iman yang jauh melebihi nilai materi. Dalam hal ini, kita bisa bertanya kepada diri kita sendiri: Apakah kita terlalu fokus pada hal-hal yang bersifat materi, sehingga kita melupakan pentingnya tindakan pengabdian dan cinta yang tulus kepada Tuhan?

Selanjutnya, kita menemukan jawaban dari Yesus yang menekankan pentingnya menghargai tindakan wanita tersebut. Dia berkata, “Tinggalkan dia! Mengapa kamu menyusahkan dia? Ia telahBerbuat baik terhadap-Ku.” (Markus 14:6). Ini adalah panggilan bagi kita untuk menghargai tindakan kasih dan pengabdian, dan untuk tidak meremehkan niat baik orang lain. Dalam komunitas gereja dan dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali cepat untuk menilai atau menyalahkan ketika seseorang melakukan sesuatu yang tidak kita pahami.

Tuhan mengajarkan kita untuk melihat lebih jauh dan menghargai setiap bentuk pengorbanan dan kasih, apapun bentuknya. Tindakan wanita itu bukan hanya menghormati Yesus, tetapi juga menjadi simbol bagi jemaat dan bagi generasi mendatang tentang pentingnya melakukan yang terbaik bagi Tuhan. Bukankah hidup kita seharusnya menjadi ekspresi dari kasih yang melimpah kepada Sang Pencipta?

Lebih jauh lagi, Yesus menambahkan bahwa di mana pun Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang telah dilakukan wanita ini akan dikenang. Ini adalah sebuah pengingat bahwa tindakan kita di dunia ini memiliki pengaruh yang lebih jauh daripada yang kita kira. Apa yang kita lakukan, bagaimana kita memberi, dan dengan sikap apa kita memberi—semua itu memiliki dampak yang berkelanjutan terhadap kerajaan Tuhan.

Mengajak jemaat untuk merenungkan Markus 14:3-9 sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari kita. Dalam dunia yang sering kali mengutamakan materi dan kepentingan pribadi, kita dipanggil untuk mengutamakan nilai-nilai kasih dan pengorbanan. Kita juga diingatkan untuk tidak terjebak dalam standar dunia yang sering kali menilai tindakan kasih dengan ukuran yang salah. Sebaliknya, kita harus berani untuk mengambil langkah berani dan menawarkan yang terbaik bagi Tuhan, meski itu mungkin dianggap ‘tidak biasa’ oleh orang lain.

Dengan memahami nilai pengorbanan dari wanita ini, kita akan diingatkan untuk tidak hanya menjadi pendengar firman, tetapi juga pelaku firman. Mari kita bertanya kepada diri kita sendiri: Apa harta terbesar kita yang kita dapat berikan kepada Tuhan hari ini? Bagaimana kita bisa menunjukkan cinta dan pengabdian kita kepada-Nya melalui tindakan yang tulus dan tanpa pamrih?

Dalam kesibukan hidup, jangan lupa untuk berdiam sejenak, merenungkan apa artinya berkorban dan memberdayakan kasih kita kepada Tuhan dan sesama. Mari kita menjadi gereja yang tidak hanya penuh dengan kata-kata, tetapi juga tindakan nyata yang mencerminkan kasih Kristus.

Share this:

[addtoany]

Leave a Comment