Pada saat kita membuka Injil Markus, kita menemukan pesan yang sangat mendalam dan relevan dengan kehidupan sehari-hari kita. Dalam Markus 1:14-15, Yesus mulai memberikan pengajaran-Nya setelah Yohanes Pembaptis ditangkap. Ini adalah awal dari pelayanan publik-Nya. Dalam teks ini, Yesus menyerukan dua hal yang sangat penting: pertobatan dan Injil. Mari kita telaah secara lebih mendalam apa yang dikatakan dan bagaimana kita dapat menerapkannya dalam hidup kita sehari-hari.
Ayat-ayat tersebut berbunyi: “Setelah Yohanes ditangkap, Yesus pergi ke Galilea dan memberitakan Injil Allah, dan berkata: ‘Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat; bertobatlah dan percayalah kepada Injil!'” (Markus 1:14-15, TB). Dalam pernyataan ini, terdapat dua seruan yang sangat kuat dan sangat relevan: ‘bertobatlah’ dan ‘percayalah kepada Injil!’. Mari kita ulas satu per satu.
Ketika Yesus mengatakan “bertobatlah”, Ia memanggil kita untuk melakukan refleksi mendalam mengenai hidup kita. Pertobatan bukan hanya tentang mengakui kesalahan atau dosa-dosa kita, tetapi juga melibatkan komitmen untuk berbalik dari jalan hidup yang salah dan memilih jalan yang benar sesuai dengan kehendak Allah. Dalam konteks ini, pertobatan adalah suatu proses yang memerlukan kesadaran, kejujuran, dan keberanian. Kita harus sadar bahwa banyak dari kita mungkin hidup dalam cara-cara yang bertentangan dengan ajaran Allah, dan berani untuk mengakui itu.
Lebih lanjut, pertobatan juga menjadi tantangan bagi pemikiran umum kita bahwa kita selalu bisa berjalan sendiri tanpa membutuhkan pertolongan. Dalam dunia modern ini, sering kali orang cenderung mengandalkan kekuatan dan kemampuan pribadi. Namun, Yesus mengingatkan kita bahwa kita membutuhkan pertolongan-Nya, dan tidak ada jalan lain kecuali melalui pertobatan. Ini adalah langkah awal untuk mendapatkan rahmat Allah dalam hidup kita.
Sekarang, mari kita lihat seruan kedua, yaitu “percayalah kepada Injil”. Apa sebenarnya Injil itu? Injil adalah kabar baik tentang keselamatan yang ditawarkan melalui Yesus Kristus. Ketika kita percaya kepada Injil, kita bukan hanya diberikan hidup yang baru, tetapi juga identitas baru sebagai anak-anak Allah. Ini adalah tawaran yang luar biasa dan tidak seharusnya kita abaikan.
Namun, percaya kepada Injil tidak cukup hanya dengan mengucapkan kata-kata; itu harus terwujud dalam tindakan. Sebagai jemaat, kita diajak untuk hidup dalam iman dan mengamalkan ajaran Kristus setiap hari. Ini menantang kita untuk tidak hanya menjadi pendengar, tetapi pelaku firman. Kita harus menerapkan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Kristus dalam berbagai aspek kehidupan kita – baik dalam hubungan sosial, pekerjaan, maupun interaksi kita dengan Tuhan.
Menurut penulis Ibrani, ada peringatan bagi kita agar tidak hanya menjadi pendengar yang lupa, tetapi juga pelaku yang jujur (Ibrani 2:1). Kita harus memperhatikan apa yang kita dengar dan terus berusaha untuk menanamkan firman Tuhan dalam hati kita. Hal ini menjadi sangat penting di tengah derasnya arus informasi dan nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran Kristus di zaman sekarang.
Satu hal yang menarik dari Markus 1:14-15 adalah bahwa Yesus mengaitkan pertobatan dengan kedatangan kerajaan Allah. Ini bukan hanya tentang diri kita pribadi tetapi juga tentang apa yang Allah kerjakan di dunia ini. Ketika kita bertobat dan percaya kepada Injil, kita menjadi bagian dari kerajaan Allah yang lebih besar. Kita dipanggil untuk berkontribusi dalam membangun kerajaan tersebut melalui tindakan kasih, pengabdian, dan pelayanan kita kepada sesama.
Selanjutnya, penting bagi kita untuk melihat bagaimana pengajaran Yesus dalam teks ini dapat menjadi jembatan untuk menjangkau orang lain. Dalam komunitas gereja, kita diundang untuk bersama-sama mendukung satu sama lain dalam perjalanan iman kita. Khotbah dan renungan yang kita lakukan tidak hanya ditujukan untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk menyebarkan kasih kasih Allah kepada orang lain. Ini adalah sebuah misi yang mengajak kita untuk berbagi Injil—baik melalui kata-kata maupun tindakan kita sehari-hari.
Namun, kita tidak bisa mengabaikan realitas tantangan yang dihadapi dalam menghidupi panggilan ini. Kita akan selalu menghadapi kekuatan dan godaan yang menarik kita jauh dari pertobatan dan iman kepada Injil. Dalam hal ini, kita perlu mengandalkan kekuatan Roh Kudus yang memampukan kita untuk tetap teguh dalam iman kita, meskipun di tengah kesulitan atau pencobaan.
Kita juga harus mengingat bahwa perjalanan iman ini adalah perjalanan seumur hidup. Kesadaran kita akan kebutuhan untuk bertobat dan percaya kepada Injil harus terus-menerus disegarkan. Ini adalah proses berkelanjutan di mana kita tumbuh dalam pemahaman kita tentang Allah dan kasih-Nya kepada kita. Setiap hari adalah kesempatan baru untuk mendekatkan diri kepada-Nya, untuk bertanya pada diri sendiri: “Apa yang saya perlu bertobat hari ini?” dan “Bagaimana saya dapat lebih percaya dan hidup menurut Injil?”
Dalam kesimpulannya, Markus 1:14-15 tidak hanya membangkitkan semangat kita untuk merenungkan hidup kita, tetapi juga menantang kita untuk mengambil tindakan. Mari kita menyambut panggilan untuk bertobat dan percaya kepada Injil dengan segenap hati. Dengan melakukannya, kita tidak hanya akan mengalami perubahan dalam hidup kita sendiri tetapi juga akan menjadi agen perubahan bagi orang lain di sekitar kita. Dalam segala hal, marilah kita ingat bahwa kita dipanggil untuk hidup dalam kasih dan ketaatan kepada Allah, sambil menjadikan firman-Nya sebagai pedoman hidup kita. Mari kita berdoa agar kita selalu diberi kemampuan untuk mengikuti panggilan-Nya dan menjadi saksi yang setia bagi kerajaan-Nya di bumi ini.