Pada saat kita membaca Alkitab, khususnya Injil Markus, kita sering kali terhenti pada kisah-kisah yang memikat dan berisi ajaran yang dalam. Salah satu bacaan yang menarik perhatian adalah Markus 11:12-14, yang menggambarkan kejadian ketika Yesus mengutuk pohon ara yang tidak berbuah. Kisah ini bukan hanya sekadar narasi sederhana, tetapi menyimpan pelajaran yang sangat penting bagi kita sebagai orang percaya.
Kisah ini dimulai ketika Yesus dan murid-muridnya sedang dalam perjalanan dari Betania ke Yerusalem. Saat mereka lapar, Yesus melihat pohon ara yang terlihat subur di kejauhan. Namun, saat mendekat, Dia mendapati bahwa pohon itu tidak berbuah. Dalam Markus 11:13-14, tertulis, “Tetapi ketika Ia sudah mendekati pohon itu, Ia mendapati tidak ada sesuatu apapun padanya, kecuali daun-daunnya saja. Lalu Ia berkata kepada pohon itu: ‘Selama-lamanya, jangan sekali-kali engkau berbuah!’ Dan pohon itu pun layu.
Kisah ini mengajak kita untuk merenungkan beberapa hal penting mengenai hidup kita sebagai orang Kristen. Pertama, kita diajak untuk memahami bahwa penampilan luar tidak selalu mencerminkan realitas yang sebenarnya. Pohon ara ini tampak menjanjikan dan subur dari kejauhan, tetapi ketika didekati, tidak ada satupun buah yang dapat dipetik. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali terjebak pada penilaian yang dangkal. Kita memandang orang lain berdasarkan penampilan fisik, seberapa banyak yang mereka miliki, atau seberapa baik mereka berpura-pura. Namun, Yesus mengajarkan kita bahwa yang terpenting adalah isi hati dan hasil dari buah yang dihasilkan.
Kedua, peringatan mengenai hasil atau buah dari hidup kita sebagai umat percaya juga sangat jelas. Dalam Galatia 5:22-23, Paulus mengajarkan tentang buah Roh, yang mencakup cinta, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kebaikan, kemurahan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Ketidakberhasilan pohon ara dalam menghasilkan buah menjadi simbol bagi kita untuk memeriksa hidup kita sendiri. Apakah kita hidup sesuai dengan ajaran Kristus? Apakah kita menghasilkan buah yang layak bagi Tuhan? Pertanyaan ini penting, karena Yesus sangat menghargai hasil dari kehidupan kita.
Dalam konteks jemaat, khotbah mengenai Markus 11:12-14 ini tidak hanya bertujuan untuk menunjukkan peringatan, tetapi juga tantangan bagi setiap individu untuk merenungkan bagaimana kita hidup dan berfungsi dalam komunitas iman. Menantang pemikiran umum yang berpikir bahwa kehadiran dalam gereja, pelayanan yang terlihat, dan aktif dalam berbagai kegiatan sudah cukup untuk dianggap berbuah. Sering kali, kita terjebak dalam rutinitas dan tradisi tanpa memperhatikan apakah apa yang kita lakukan benar-benar menghasilkan dampak yang positif bagi orang lain dan kemuliaan bagi Tuhan.
Melalui khotbah ini, kita diajak untuk terus menerus merenungkan dan mengevaluasi buah kehidupan kita. Dalam 2 Korintus 13:5, Paulus menasihati kita untuk menguji diri kita sendiri apakah kita teguh dalam iman. Ini adalah momen penting untuk memeriksa kembali aspek-aspek kehidupan kita yang mungkin selama ini kita anggap baik tetapi kenyataannya tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Kita juga perlu memahami bahwa Yesus menginginkan kita untuk berbuah secara konsisten. Ia tidak hanya mengharapkan kita menghasilkan buah di masa-masa tertentu, tetapi dalam setiap aspek kehidupan kita. Mungkin kita dapat bertanya pada diri kita, “Apa yang menjadi fokus utama dalam hidup saya?” Apakah kita berfokus pada ketenaran, kekayaan materi, atau hal-hal yang bersifat duniawi? Atau apakah kita lebih mengutamakan untuk menjadi berkat bagi sesama, memperluas kasih dan damai Kristus, serta berbagi Injil kepada mereka yang membutuhkan?
Selain itu, khotbah ini juga mengajak kita untuk merenungkan tentang kasih karunia dan kesempatan. Ketika Yesus mengutuk pohon itu, sebenarnya Dia ingin menunjukkan kepada kita bahwa selalu ada waktu untuk berbuah. Kita semua memiliki kesempatan untuk memuaskan kerinduan Tuhan akan buah kehidupan kita. Mungkin kita merasa sudah terlambat atau tidak punya kesempatan lagi, tetapi Tuhan selalu memberikan kesempatan baru. Tuhan adalah Tuhan yang penuh kasih karunia, yang menginginkan kita untuk bertobat dan kembali kepada-Nya.
Akhirnya, kita harus ingat bahwa menjadi berbuah bukan hanya untuk keuntungan pribadi kita. Kita dipanggil untuk menghasilkan buah agar orang lain dapat melihat Kristus melalui hidup kita. Dalam Matius 5:16, Yesus berkata, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Menjadi berkat dan terang di tengah dunia yang gelap adalah bagian dari panggilan kita sebagai pengikut Kristus.
Dalam rangka menantang pemikiran umum dan mengajak jemaat merenungkan makna hidup, khotbah berdasarkan Markus 11:12-14 ini penting untuk dihayati. Sebagai umat percaya, kita harus berkomitmen untuk menghasilkan buah yang memenuhi kehendak dan harapan Tuhan. Mari kita bersatu dalam doa, meminta hikmat dan kekuatan dari Roh Kudus untuk mengembangkan buah-buah Roh dalam hidup kita sehari-hari.
Melalui renungan ini, semoga kita semua dapat lebih mencintai Tuhan, lebih memperhatikan sesama kita, dan menguduskan hidup kita untuk menghasilkan buah yang berkelanjutan demi kehormatan nama-Nya.