Home » Renungan » Khotbah Dan Renungan Markus 11

Khotbah Dan Renungan Markus 11

No comments

Minggu Palmarum, yang jatuh pada tanggal 2 April 2023, merupakan waktu yang istimewa bagi banyak umat Kristiani. Pada hari ini, kita merayakan momen di mana Yesus memasuki Yerusalem dengan disambut oleh kerumunan orang yang bersorak, mengucapkan “Hosana”. Dalam khotbah kali ini, kita akan menggali pengajaran dalam Injil Markus 11:1-11, yang menawarkan banyak renungan bagi kita dalam kehidupan sehari-hari.

Markus 11:1-11 menggambarkan bagaimana Yesus menginstruksikan para murid-Nya untuk mengambil seekor keledai yang belum pernah ditunggangi. Keberadaan keledai ini bukanlah sebuah kebetulan. Dalam banyak budaya, keledai melambangkan kerendahan hati dan kedamaian. Saat Yesus masuk ke Yerusalem, Ia tidak datang dengan megah seperti seorang raja duniawi, melainkan dengan sikap sederhana yang menantang pemikiran umum tentang kekuasaan dan kepemimpinan.

Salah satu tantangan yang ada adalah bagaimana kita memandang kepemimpinan. Sebagai umat Kristen, kita sering kali terjebak dalam pemikiran bahwa pemimpin yang sukses haruslah kuat, berkuasa, dan berbicara dengan cara yang berwibawa. Namun, melalui contoh yang diberikan Yesus, kita diajak untuk merenungkan bahwa kepemimpinan sejati adalah tentang melayani. Dalam setiap aspek kehidupan, baik itu dalam pekerjaan, keluarga, atau gereja, kita diminta untuk mengejar tujuan yang lebih tinggi—yakni, mengikuti teladan Kristus.

Di bagian awal Markus 11, kita juga melihat bagaimana sambutan yang diberikan oleh orang banyak sangat antusias. Mereka menyebarkan pakaian mereka di jalan, dan menebarkan dahan pohon untuk menyambut Yesus. “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!” (Markus 11:9) ungkapan ini menggambarkan kerinduan rakyat untuk pembebasan dan harapan akan kedatangan Mesias. Namun, pertanyaannya adalah: Apakah kita juga bersedia menyambut kehadiran Kristus dalam hidup kita dengan sikap yang sama?

Pada kehidupan sehari-hari kita, sering kali kita mengalami kekecewaan, tantangan, dan ketidakpastian. Kita mengharapkan Tuhan untuk menjawab doa-doa kita dalam waktu yang tepat. Namun, sering kali kita harus merenungkan dengan jujur: Apakah kita benar-benar siap menerima Yesus dalam segala aspek hidup kita? Apakah kita bersedia untuk menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya, bukan hanya ketika keadaan baik, tetapi juga saat segala sesuatunya tampak tidak berjalan sesuai harapan?

Penting untuk diingat bahwa perjalanan spirituil kita tidak selalu sejalan dengan harapan atau keinginan kita. Dalam kisah Yesus, kita menyaksikan bahwa meskipun orang banyak bersorak-sorai dengan penuh semangat, tidak lama kemudian mereka juga yang berteriak “Salibkan Dia!” saat Yesus menghadapi penderitaan dan kematian. Hal ini mengajak kita untuk merenungkan tentang konsistensi kepercayaan kita. Apakah kita hanya mengikuti Tuhan dalam momen-momen suka cita atau juga saat penderitaan?

Selanjutnya, kita dapat mencermati pesan tentang kerendahan hati. Dalam Markus 11, Yesus datang bukan sebagai simbol kekuasaan, melainkan sebagai pribadi yang mengandaikan diri sebagai hamba. Dalam kehidupan kita, adakah ruang untuk kerendahan hati ini dalam menghadapi orang lain? Apakah kita mampu melayani orang-orang di sekitar kita dengan sikap rendah hati, tanpa mencari pujian atau pengakuan dari mereka? Kerendahan hati adalah fondasi yang sangat penting di dalam kehidupan berjemaat dan sosial kita.

Selain itu, mari kita lihat bagaimana Yesus mengingatkan kita akan pentingnya iman. Ketika Ia tiba di Yerusalem, Ia tidak hanya datang untuk dipuji, tetapi juga untuk mengajak kita beriman kepada-Nya. Iman bukan sekadar keyakinan, melainkan tindakan. Dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana kita mengekspresikan iman kita kepada orang lain? Apakah kita mampu menjadi teladan iman di tengah-tengah masyarakat yang skeptis terhadap ajaran-ajaran Kristiani?

Di akhir khotbah ini, kita diundang untuk merenungkan bagaimana kita dapat memperlihatkan sikap “Hosana” tidak hanya saat perayaan, tetapi dalam setiap aspek hidup kita. Mari bawa semangat Minggu Palmarum ini dalam keseharian, sebagai pengingat bahwa kita dipanggil untuk hidup dalam pertobatan, kerendahan hati, dan iman yang teguh. Ketika kita menyambut Yesus di dalam hidup kita, kita juga dipanggil untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya, membagikan kasih dan damai yang Dia berikan kepada kita, kepada dunia yang sangat membutuhkannya.

Semoga renungan ini dapat menjadi dorongan bagi kita semua untuk terus bertumbuh dalam iman dan semakin dekat dengan Kristus, Sang Raja yang datang dengan rendah hati.

Share this:

[addtoany]

Leave a Comment