Home » Renungan » Khotbah Dan Renungan Markus 7:17-23

Khotbah Dan Renungan Markus 7:17-23

No comments

Menantang pemikiran umum, mengajak jemaat untuk merenungkan, serta pesan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, khotbah dari Markus 7:17-23 mengajak kita untuk mempertimbangkan apa yang benar-benar mempengaruhi hidup kita sebagai orang Kristen. Dalam bagian ini, Yesus mengajarkan bahwa yang benar-benar menajiskan seseorang bukanlah apa yang masuk ke mulutnya, melainkan apa yang keluar dari hati. Mari kita telusuri lebih dalam makna dari perikop ini.

Pertama-tama, mari kita baca teks tersebut:

“Setelah Yesus pergi dari sana, Ia masuk ke rumah dan murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang perumpamaan itu. Ia berkata: ‘Apakah kamu juga masih tidak mengerti? Tidak tahukah kamu, bahwa apa yang masuk ke dalam mulut tidak menajiskan seorang pun? Karena itu, tidak ada yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan, tetapi apa yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.'”(Markus 7:17-20)

Di sini, kita melihat bahwa Yesus datang untuk menantang pandangan para pemimpin agama dan masyarakat ketika itu. Mereka percaya bahwa mengikuti aturan-aturan dan tradisi yang ketat adalah kunci untuk hidup yang benar di hadapan Allah. Namun, Yesus menggiring kita untuk memahami bahwa yang terpenting adalah kondisi hati kita, dan bukan sekadar kepatuhan pada aturan. Ini adalah panggilan untuk introspeksi yang mendalam terhadap apa yang sebenarnya ada di dalam diri kita.

Kita hidup di masyarakat yang sering kali mengedepankan penampilan lahiriah. Kita seringkali terjebak dalam apa yang disebut dengan ‘norma sosial’ dan mempertahankan citra baik di depan orang lain. Namun, saat kita merenungkan ayat-ayat ini, kita diingatkan kembali bahwa tidak peduli seberapa baik penampilan kita, yang terpenting adalah apa yang ada di dalam hati kita. Apakah kita memiliki kebencian, iri hati, atau mungkin kesombongan? Itu semua keluar dari hati dan dapat ‘menajiskan’ diri kita.

Yesus melanjutkan penjelasannya dengan berkata, “Sebab dari dalam, dari hati orang, muncul berbagai pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, adultery, keserakahan, kejahatan, tipu daya, hawa nafsu, kedengkian, penghinaan, kesombongan, dan kebodohan, semua hal ini timbul dari dalam, itulah yang menajiskan orang.” (Markus 7:21-23). Dalam konteks ini, Yesus mengidentifikasi dengan jelas bahkan perilaku paling jahat yang dapat muncul dari hati kita.

Jadi, bagaimana kita bisa menerapkan ajaran ini dalam kehidupan kita sehari-hari? Pertama, kita perlu melakukan pemeriksaan diri secara berkala. Luangkan waktu untuk merenungkan kondisi hati kita. Apakah kita telah membiarkan api kedengkian membara saat melihat keberhasilan orang lain? Apakah kita menyimpan kemarahan karena kesalahan masa lalu yang seharusnya telah kita maafkan? Menjaga hati kita tetap bersih dan murni sangatlah penting.

Kedua, kita harus berusaha untuk menciptakan lingkungan yang positif di sekitar kita. Kita sering kali dipengaruhi oleh orang-orang dan lingkungan kita. Jika kita ingin menumbuhkan hati yang sehat, kita perlu bergaul dengan orang-orang yang membawa dampak positif dan mendukung kita untuk berjalan dalam jalan kebenaran. Jika hati kita dipenuhi dengan pikiran negatif dan pengaruh buruk, akan lebih sulit untuk menghasilkan buah-buah yang baik dalam hidup kita.

Selanjutnya, kita butuh kehadiran Roh Kudus dalam hidup kita. Kita mungkin merasa bahwa kita tidak dapat mengatasi rasa marah, iri hati, atau kebencian yang kadang muncul. Namun, Yesus menjanjikan bahwa Dia akan mengutus Roh Kudus sebagai penolong kita (Yohanes 14:26). Melalui kuasa-Nya, kita dapat memperoleh kekuatan untuk mengatasi berbagai dorongan negatif dalam hati kita. Suatu hubungan yang dekat dengan Tuhan dalam doa dan pembacaan Firman-Nya akan membantu kita untuk terus diingatkan akan hal ini.

Akhirnya, kita juga harus mengingat bahwa tindakan kita adalah refleksi dari hati kita. Oleh karena itu, marilah kita berusaha untuk menjadikan tindakan kita sebagai buah dari hati yang telah dipenuhi dengan kasih Kristus. Tunjukkan kasih melalui tindakan kasih, kejujuran, dan integritas. Ini dapat dilakukan melalui pelayanan kepada sesama, membantu yang membutuhkan, dan bersikap empati terhadap orang di sekitar kita.

Dalam kesimpulan, khotbah dari Markus 7:17-23 merupakan pengingat yang penting bagi kita untuk selalu memeriksa kondisi hati kita. Dalam masyarakat yang berfokus pada penampilan dan tradisi, Yesus keras menantang kita untuk melihat lebih dalam. Hati yang bersih dan tulus adalah kunci untuk menjadi saksi Kristus yang efektif di dunia ini. Marilah kita, sebagai pengikut Kristus, menjalani kehidupan yang mencerminkan karakter-Nya, tidak hanya dalam penampilan tetapi juga dalam hati kita yang terdalam.

Referensi untuk lebih mendalami topik ini:

  • Alkitab: Injil Markus 7:17-23
  • Warren W. Wiersbe, “The Wiersbe Bible Commentary: New Testament”
  • N.T. Wright, “Simply Jesus: A New Vision of Who He Was, What He Did, and Why He Matters”

Share this:

[addtoany]

Leave a Comment