Home » Renungan » Khotbah Dan Renungan Markus 2:13-17

Khotbah Dan Renungan Markus 2:13-17

No comments

Khotbah dan Renungan Markus 2:13-17 adalah bagian yang penuh dengan makna, yang menantang pemikiran umum kita tentang siapa yang layak untuk diundang ke dalam komunitas iman. Dalam teks tersebut, Yesus memanggil Matius, seorang pemungut pajak, untuk mengikuti-Nya. Keputusan Yesus ini mengejutkan banyak orang pada masa itu, termasuk para pemimpin agama yang merasa bahwa orang-orang seperti Matius tidak pantas berasosiasi dengan para rabbi atau orang-orang yang dianggap saleh.

Dalam konteks zaman sekarang, kita seringkali terjebak pada ide bahwa hanya orang-orang tertentu yang layak untuk menerima kasih karunia Allah. Kita mungkin berpikir bahwa orang yang berdosa, yang memiliki kehidupan yang dianggap tidak berkenan, harus terlebih dahulu memperbaiki diri sebelum mereka diterima dalam komunitas gereja. Namun, khotbah Yesus memberikan perspektif baru yang menggugah kesadaran kita akan kebesaran Tuhan yang selalu mengulurkan tangan-Nya kepada semua orang, tanpa terkecuali.

Dalam Markus 2:15, kita melihat bahwa Matius mengundang Yesus ke rumahnya, dan Yesus menerima undangan tersebut dengan penuh kasih. Matius kemudian mengundang banyak orang yang juga dianggap “dosa” untuk berkumpul. Di sinilah tantangan terbesar bagi pemimpin agama: bagaimana mungkin Yesus, seorang nabi yang besar, bisa duduk dan makan bersama para pemungut pajak dan orang-orang berdosa? Ini menjadi kesempatan bagi Yesus untuk mengajarkan pesan-Nya yang paling mendasar: kasih dan pengampunan tidak terbatas pada siapa pun.

Ketika kita melihat contoh ini, kita dihadapkan pada pertanyaan penting: Sudahkah kita membuka hati kita untuk menerima orang-orang yang mungkin tidak sesuai dengan standar pemikiran kita tentang siapa yang layak diterima? Apakah kita bersedia untuk keluar dari zona nyaman kita dan menjaga hubungan dengan orang-orang yang mungkin dianggap “bermasalah”? Ini adalah tantangan yang harus kita hadapi sebagai gereja, sebagai tubuh Kristus di dunia ini.

Dalam ayat 16, kita mendapati reaksi dari para ahli Taurat yang mengkritik Yesus dan murid-murid-Nya karena bergaul dengan orang berdosa. Yesus merespon kritikan ini dengan bijak. Ia menyatakan, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.” Di sini, Yesus menegaskan bahwa tujuan kedatangan-Nya adalah untuk menyelamatkan mereka yang tersesat, mereka yang tidak bisa menemukan jalan mereka sendiri. Ini mengajak kita merenungkan bagaimana kita dapat menjadi alat Tuhan untuk menjangkau mereka yang merasa terasing dari kasih-Nya.

Penting untuk dicatat bahwa pengampunan dan penerimaan Allah tidak berarti bahwa Tuhan membenarkan dosa. Yesus tidak mengabaikan atau menghalangi kebenaran-Nya ketika Dia duduk bersama orang-orang berdosa. Sebaliknya, Dia menunjukkan bahwa tanpa pengakuan dan pertobatan, tidak ada perbaikan yang nyata dapat terjadi dalam hidup seseorang. Dengan demikian, sekaligus Yesus mengundang orang untuk percaya dan mengikuti-Nya, Dia juga menantang mereka untuk meninggalkan gaya hidup lama mereka.

Pesan yang dapat kita ambil dari Markus 2:13-17 sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari kita. Setiap jemaat harus menyadari bahwa kita dipanggil untuk menjadi agen kasih di dunia ini. Kita dipanggil untuk membawa pesan pengharapan kepada semua orang, termasuk mereka yang sering kali kita abaikan. Keterbukaan untuk menerima orang lain, meski dalam keadaan yang paling tidak berkenan sekalipun, adalah bentuk kasih yang nyata. Kita tidak bisa menyebarkan kasih Tuhan ke seluruh dunia jika kita hanya berkumpul dengan orang-orang yang dianggap baik-baik saja.

Selanjutnya, ada pelajaran penting tentang pentingnya pengakuan dan pertobatan yang perlu kita renungkan. Yesus mengajak kita bukan hanya untuk menerima kasih-Nya tetapi juga untuk membawa orang lain kepada perjumpaan yang sama. Mari kita berdoa agar kita bisa memiliki kerinduan untuk menjangkau orang-orang sekitar kita dengan kasih dan kebenaran, seperti yang Yesus lakukan. Ketika kita melihat orang-orang di sekitar kita berjuang dengan dosa dan kesalahan, alihkan pandangan kita dari menghakimi mereka dan fokuslah untuk membantu mereka menemukan jalan kembali kepada Allah.

Markus 2:17 memberikan penekanan pada pentingnya pengakuan atas dosa. Dalam hidup kita sebagai pengikut Kristus, kita tidak hanya diajarkan untuk datang kepada-Nya dalam keadaan baik, tetapi juga dalam ketidakberdayaan kita. Di dalam kelemahan dan kesalahan kita, Allah tetap setia dan siap mengampuni. Ini adalah inti dari Injil – bahwa kita semua, tidak peduli seberapa besar dosa kita, memiliki kesempatan untuk mengalami anugerah dan kasih Tuhan yang mengubah hidup.

Akhirnya, mari kita ingat bahwa dalam perjalanan kita mengikuti Kristus, kita akan dihadapkan pada berbagai tantangan. Jangan biarkan pandangan sosial atau stigmas menahan kita dari menjalankan misi kita. Mari kita terus menghidupi pesan kasih ini, dan memberikan dampak bagi orang lain seperti yang Yesus lakukan. Setiap kali kita membuka hati kita untuk mereka yang terpinggirkan dan berusaha mendekatkan mereka kepada Kristus, kita mengikuti jejak Yesus yang penuh kasih.

Melalui renungan ini, kita dipanggil untuk merenungkan: Siapa yang kita abaikan dalam hidup kita? Bagaimana kita bisa menjadi lebih terbuka, lebih mencintai, dan lebih siap untuk melayani mereka yang membutuhkan? Semoga kita semua dapat melahirkan kasih yang sama luas dan dalamnya dengan pengorbanan Yesus Kristus, Sang Juru Selamat kita.

Share this:

[addtoany]

Leave a Comment