Home » Renungan » Khotbah Dan Renungan Markus 8:27-30

Khotbah Dan Renungan Markus 8:27-30

No comments

Menantang pemikiran umum, mengajak jemaat untuk merenungkan, serta pesan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Khotbah dan renungan dari Markus 8:27-30 memberikan wawasan yang mendalam tentang siapa Yesus Kristus dan bagaimana pemahaman kita tentang Dia seharusnya memengaruhi hidup kita. Dalam ayat ini, kita melihat dialog antara Yesus dan murid-murid-Nya, yang membawa kita pada refleksi akan jati diri kita sebagai pengikut Kristus.

Bagian dari Injil Markus ini dimulai dengan pertanyaan penting dari Yesus: “Siapakah kamu bilang Aku ini?” (Markus 8:27). Pertanyaan ini bukan hanya ditujukan kepada murid-murid-Nya saat itu, tetapi juga bagi kita saat ini. Mengetahui siapa Yesus adalah kunci dalam memahami iman kita dan bagaimana kita hidup di tengah masyarakat. Dalam konteks ini, Yesus menyajikan dua sisi penting dari pertanyaan ini: pemahaman umum masyarakat mengenai identitas-Nya dan kebenaran yang lebih dalam yang diungkapkan oleh wahyu Allah kepada kita.

Setelah mendengar jawaban murid-murid-Nya yang menyebutkan berbagai kemungkinan—bisa jadi Dia adalah Yohanes Pembaptis, Elia, atau salah satu nabi—Yesus langsung mengambil langkah lebih jauh dengan bertanya, “Tetapi kamu, siapakah Aku ini?” (Markus 8:29). Pertanyaan ini menuntut kita, tidak hanya untuk mengandalkan apa yang orang lain katakan tentang Kristus, tetapi untuk mengeksplorasi keyakinan kita sendiri. Dalam perjalanan iman kita, sangatlah penting untuk memiliki pengalaman pribadi dan keyakinan yang kokoh mengenai siapa Yesus, bukan sekadar mengikuti ajaran orang lain.

Selanjutnya, Petrus menjawab dengan tegas, “Engkau adalah Mesias” (Markus 8:29). Pengakuan ini adalah tonggak penting dalam Injil, karena Petrus mengidentifikasi Yesus dengan sebutan yang mengacu pada Dia sebagai juru selamat yang dijanjikan. Namun, kita harus ingat bahwa Pemahaman Petrus mengenai “Mesias” mungkin berbeda dengan apa yang Yesus pahami tentang misi-Nya. Saat ini, kita diajak untuk merenungkan berapa banyak dari kita yang menganggap Yesus sebagai Mesias, tetapi tetap memiliki pemahaman yang sempit tentang siapa Dia sesungguhnya.

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, banyak orang memiliki pandangan berbeda tentang siapa Yesus. Ada yang melihat-Nya sebagai guru besar, ada yang menganggap-Nya sebagai tokoh sejarah, dan ada pula yang mengenal-Nya sebagai penyelamat. Namun, bagaimana kita menjawab pertanyaan “Siapa Yesus bagiku?” sangatlah penting. Sebagai pengikut Kristus, kita seharusnya memiliki pemahaman yang lebih dalam daripada sekadar label yang ditempelkan masyarakat. Kita dipanggil untuk memiliki pengalaman pribadi, untuk mengenal-Nya lebih dalam, dan untuk membiarkan hubungan kita dengan-Nya membentuk cara kita berinteraksi dengan dunia.

Markus 8:30 melanjutkan dengan sebuah perintah dari Yesus kepada murid-murid-Nya, bahwa mereka tidak boleh memberitahukan kepada siapapun bahwa Dia adalah Mesias. Ini mungkin tampak kontradiktif, tetapi ada tujuannya. Yesus ingin memastikan bahwa pemahaman masyarakat mengenai Dia tidak terdistorsi oleh harapan atau anggapan yang tidak sesuai dengan tujuan-Nya. Hal ini mengajak kita untuk memeriksa ajaran dan tradisi yang kita anut. Apakah tradisi tersebut sesuai dengan pengajaran Alkitab? Atau justru mengalihkan fokus dari inti ajaran-Nya?

Melalui khotbah ini, kita diajak untuk berpikir kritis dan menantang pandangan yang umum diterima tentang siapa Yesus. Yesus bukan hanya sekadar kapal yang mengarungi samudera kehidupan kita; Dia adalah nakhoda yang seharusnya memandu kita dalam setiap keputusan dan tindakan. Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita terjebak dalam rutinitas dan nilai-nilai dunia yang membuat kita lupa akan posisi Yesus sebagai pusat hidup kita. Pertanyaan yang harus kita tanyakan adalah: Apakah kita sudah menjadikan Yesus sebagai Mesias dalam hidup kita? Atau kita hanya menganggap-Nya sebagai salah satu pilihan diantara banyak pilihan yang ada?

Selain itu, ada pembelajaran moral yang sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari dari Markus 8:27-30. Kita diingatkan untuk tidak merasa puas dengan pengetahuan yang dangkal tentang Yesus. Kita diajak untuk terus menggali, belajar, dan menyelidiki lebih dalam. Setiap hari adalah kesempatan baru untuk mengenal-Nya lebih baik. Dalam dunia yang penuh dengan berbagai opini dan kepercayaan, menjadi pengikut Kristus berarti kita harus berani tampil beda, berani mempertahankan iman kita, dan berbagi kabar baik kepada orang lain.

Ketika kita memahami siapa Yesus dan apa makna dari pengakuan Petrus, kita akan mampu menjalani hidup yang lebih bermakna. Kita akan mampu menjadi saksi yang berani bagi Kristus dalam setiap aspek kehidupan kita—baik di tempat kerja, di komunitas, maupun dalam hubungan dengan keluarga dan teman-teman. Pengakuan akan Yesus sebagai Mesias membawa tanggung jawab untuk menjalani hidup yang mencerminkan nilai-nilai Kerajaan Allah.

Dalam catatan akhir, kita dipanggil untuk merenungkan, untuk menyatakan dengan tulus bahwa Yesus adalah Mesias dalam hidup kita. Pertanyaannya, apakah jawaban kita sama dengan jawaban Petrus? Mari kita klim bahwa Yesus lebih dari sekadar seorang pemimpin atau guru; Dia adalah Tuhan yang layak kita sembah dan ikuti. Mari kita tidak hanya mengandalkan jawaban dari teman, keluarga, atau masyarakat. Mari kita temukan jawaban itu dalam hubungan pribadi kita dengan-Nya dan menjadikannya alat untuk mengubah hidup kita dan dunia di sekitar kita.

Share this:

[addtoany]

Leave a Comment