Home » Renungan » Khotbah Dan Renungan Markus 8:31-38

Khotbah Dan Renungan Markus 8:31-38

No comments

Khotbah dan renungan yang diambil dari Markus 8:31-38 sangat relevan untuk masa kini, terutama dalam konteks kehidupan sehari-hari kita yang sering kali dipenuhi dengan tantangan dan perbedaan pandangan. Yesus, dalam pengajaran-Nya kepada murid-murid, menantang pemikiran umum tentang Mesias dan apa artinya menjadi pengikut-Nya. Pesan yang disampaikan oleh Yesus bukan hanya untuk zaman-Nya, tetapi juga untuk kita yang hidup di zaman modern ini.

Dalam Markus 8:31, kita melihat Yesus mulai mengungkapkan kepada murid-murid-Nya tentang takdir-Nya. Dia berkata bahwa Anak Manusia harus menderita banyak hal, ditolak oleh pemimpin agama, dan dibunuh, tetapi akan bangkit pada hari ketiga. Pernyataan ini sangat mengejutkan dan bertentangan dengan harapan banyak orang pada waktu itu. Mereka menginginkan seorang Mesias yang akan membebaskan mereka dari penjajahan dan mengembalikan kemuliaan bangsa Israel, bukan seorang guru yang akan menderita dan mati. Di sinilah tantangan pertama muncul: apakah kita siap untuk menerima perbedaan antara harapan kita dan rencana Tuhan?

Seringkali, kita memiliki gambaran tersendiri tentang bagaimana seharusnya hidup kita berjalan. Kita menginginkan kesuksesan, kebahagiaan, dan pengakuan. Namun, ketika keadaan tidak sesuai dengan harapan kita, kita mungkin merasa bingung atau bahkan kecewa. Yesus mengingatkan kita bahwa mengikuti-Nya bukanlah jalan yang mudah. Dalam Markus 8:34, Dia berkata, “Setiap orang yang ingin mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya, dan mengikut Aku.”

Pernyataan ini menjadi inti dari pemahaman kita tentang pengikut Kristus. Menyangkal diri bukan berarti mengabaikan diri sendiri, tetapi lebih kepada pengakuan bahwa ada sesuatu yang lebih besar daripada diri kita. Ini adalah undangan untuk merelakan ego dan keinginan duniawi kita demi mengikuti panggilan Tuhan dalam hidup kita. Dalam konteks ini, kita diajak untuk merenungkan pertanyaan mendasar: Apa yang sebenarnya menjadi prioritas dalam hidup kita?

Setelah menantang pemikiran umum tentang apa artinya menjadi Mesias, Yesus mengajak kita untuk memikirkan kembali apa yang sebenarnya kita inginkan dalam hidup ini. Apakah kita berusaha mengejar keuntungan duniawi sementara mengabaikan nilai-nilai kekal? Markus 8:36 mengingatkan kita, “Apa artinya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya?” Pertanyaan ini menggugah kita untuk memikirkan betapa temporernya hal-hal di dunia. Apa yang kita anggap berharga mungkin tidak sebanding dengan kehidupan kekal yang ditawarkan Kristus.

Renungan kita hari ini membawa kita pada kesadaran untuk mengevaluasi nilai-nilai yang kita pegang. Dalam masyarakat yang kompetitif ini, sering kali kita terjebak dalam siklus mengejar prestasi dan pengakuan. Namun, Yesus mengingatkan kita bahwa kemenangan sejati tidak diukur dari pengakuan manusia, tetapi dari seberapa jauh kita siap mengikuti-Nya dan melakukan kehendak-Nya. Ini adalah tantangan yang membutuhkan keberanian dan keteguhan hati.

Selanjutnya, mari kita perhatikan makna dari memikul salib. Dalam konteks kehidupan kita, salib bisa berarti beban, tantangan, atau bahkan penolakan yang kita hadapi karena iman kita. Memikul salib tidak berarti kita harus menanggung beban yang tidak mampu kita pikul, tetapi lebih kepada menerima dan menghadapi tantangan dengan iman. Dalam perjalanan iman kita, salib mungkin terlihat berbeda bagi setiap individu. Beberapa mungkin dihadapkan pada pilihan sulit dalam karir, hubungan, atau nilai-nilai hidup. Namun, setiap kali kita memilih untuk setia mengikuti Kristus meskipun ada konsekuensi, kita sebenarnya sedang memikul salib kita sendiri.

Penting untuk diingat bahwa Tuhan tidak meminta kita untuk menghadapinya sendiri. Dia berjalan bersama kita dalam setiap perjalanan. Yesus telah memberikan teladan kepada kita bagaimana mengatasi penolakan dan penderitaan. Melalui krisis-Nya, Dia menunjukkan bahwa ada harapan di balik ketaatan yang penuh pengorbanan. Dalam Markus 8:38, Yesus memperingatkan bahwa setiap orang yang malu karena-Nya dan karena perkataan-Nya di tengah generasi yang kamu ingini ini, Anak Manusia pun akan malu kepada mereka ketika Ia datang dalam kemuliaan-Nya.

Pesan ini merupakan peringatan bagi kita untuk hidup dengan berani dan tidak takut akan penilaian dunia. Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menjadi terang dan garam dunia, yang berarti kita harus berani menunjukkan iman kita dengan cara hidup yang berbeda dari orang-orang di sekitar kita. Dalam dunia yang semakin memudar nilai-nilai moralitas, kita harus teguh dalam menjaga iman dan menyebarkan kasih Kristus.

Menjadi pengikut Yesus bukanlah perjalanan yang mudah, tetapi itu adalah perjalanan yang berarti. Mari kita memegang teguh janji Tuhan bahwa setiap langkah kecil yang kita ambil dalam iman, setiap pengorbanan dan tantangan yang kita hadapi, tidak akan pernah sia-sia. Di balik penderitaan dan kesulitan itu, terdapat berkat dan kemuliaan yang lebih besar yang Tuhan telah sediakan bagi kita.

Akhir kata, mari kita renungkan Markus 8:31-38 dalam konteks kehidupan kita masing-masing. Apakah kita sudah siap untuk menyangkal diri kita, memikul salib kita, dan mengikuti Kristus? Mari kita berdoa agar Tuhan memberi kita kekuatan dan keberanian dalam menjalani panggilan hidup kita sebagai pengikut-Nya.

Share this:

[addtoany]

Leave a Comment