Pendahuluan
Matius 18:18 adalah salah satu ayat yang sering kali mengusik pikiran dan pandangan kita tentang kekuasaan dan otoritas dalam kehidupan berjemaat. Dalam konteks gereja, banyak dari kita secara umum memahami bahwa Yesus memberikan kuasa kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya, tetapi bagaimana kita sebenarnya menafsirkan terhadap tindakan ini? Ayat ini mengajak kita untuk tidak hanya menerima kebenaran yang tampak, tetapi juga untuk menantang pemikiran umum, merenungkan makna di baliknya, dan meresapkan pesan tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita.
Pemahaman Ayat Matius 18:18
Matius 18:18 berbunyi:
“Aku berkata kepadamu, apa yang kamu ikat di bumi ini akan terikat di sorga, dan apa yang kamu lepaskan di bumi ini akan terlepas di sorga.”
Dalam konteks ayat ini, Yesus sedang berbicara kepada para murid-Nya mengenai kekuasaan yang diberikan kepada mereka dalam hal disiplin gereja. Dia menekankan bahwa tindakan dan keputusan yang diambil oleh pengikut-Nya di bumi akan berimplikasi pada yang terjadi di sorga. Ini merupakan pernyataan yang berbobot dan penuh tanggung jawab.
1. Konteks dan Otoritas
Penting untuk dicatat bahwa ayat ini muncul dalam konteks pembicaraan Yesus tentang ketidakberdayaan dan kepentingan anak-anak dalam kerajaan Allah. Sebelumnya, Yesus mengingatkan umat-Nya untuk menjadi seperti anak kecil (Matius 18:3) dan memperingatkan agar tidak menyesatkan atau menyakiti iman mereka yang lemah. Ketika kita kemudian memperdebatkan tentang otoritas, kita harus ingat bahwa konteksnya adalah kasih dan perlindungan, bukan kekuasaan yang semata-mata menindas.
2. Ikatan dan Pelepasan
Meninjau frasa “ikatan” dan “pelepasan” di sini memberikan kita ruang untuk merenung lebih dalam. Ikatan sering kali diasosiasikan dengan tindakan disipliner, seperti ketika seseorang melanggar hukum atau norma gereja. Di sisi lain, pelepasan bisa berarti pengampunan dan pemulihan. Dalam hal ini, Yesus menunjukkan bahwa keputusan kita sebagai gereja, dalam apa pun situasi yang kita hadapi, harus penuh pertimbangan. Apakah kita berusaha mengikat seseorang yang bersalah dengan hukum yang keras, ataukah kita lebih condong kepada mendukung mereka untuk mengalami pengampunan dan pemulihan?
Mengapa Ini Relevan untuk Kehidupan Sehari-Hari?
Kehidupan sehari-hari kita baik di dalam maupun di luar gereja seringkali diwarnai oleh keadaan di mana kita harus membuat keputusan penting. Apakah kita merasa berhak untuk “mengikat” atau “melepaskan” seseorang dari tanggung jawab spiritualnya? Bagaimana kita menangani konflik atau perbedaan pendapat dalam komunitas kita? Matius 18:18 menantang kita untuk memikirkan kembali bagaimana cara kita berinteraksi dengan sesama.
1. Pentingnya Kebijaksanaan dalam Mengambil Keputusan
Meskipun kita memiliki otoritas untuk ikatan dan pelepasan, kita juga perlu memanfaatkan kebijaksanaan dari Tuhan. Dalam Yakobus 1:5, kita diingatkan untuk meminta hikmat, dan Tuhan berjanji akan memberikannya kepada kita tanpa menghakimi. Setiap keputusan yang kita buat di gereja seharusnya berakar pada pengertian cinta dan kasih Kristus. Kita harus bertanya pada diri sendiri, apakah tindakan kita mencerminkan karakter Allah?
2. Budaya Pengampunan
Salah satu aspek penting yang diuraikan dalam Matius 18 adalah pengampunan. Masyarakat kita saat ini cenderung cepat menghakimi dan menyalahkan. Namun, Yesus mengingatkan kita tentang kekuatan pengampunan. Dalam Matius 18:21-22, Petrus bertanya kepada Yesus berapa kali ia harus mengampuni saudaranya. Jawaban Yesus menunjukkan bahwa pengampunan yang tidak terbatas adalah esensi dari hidup di dalam kerajaan Allah.
Ketika kita menerapkan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari, kita belajar untuk lebih memahami orang lain, memberikan ruang bagi kesalahan, dan menyediakan kesempatan untuk pertobatan. Ini adalah bagian penting dari ikatan yang kita buat di komunitas kita.
3. Tanggung Jawab dalam Komunitas
Matius 18:18 juga menggugah kita untuk menyadari tanggung jawab kita dalam komunitas. Setiap tindakan kita memiliki dampak yang lebih luas daripada sekadar individu. Saat kita membuat keputusan, kita perlu melakukannya dengan pertimbangan bahwa hal itu dapat memengaruhi banyak orang lain. Sebagai komunitas iman, kita seharusnya saling mendukung dan mengingatkan satu sama lain akan tanggung jawab kita di hadapan Allah.
Penutup
Matius 18:18 bukanlah sekadar ayat tentang kekuasaan atau otoritas, tetapi juga tentang kasih, pengampunan, dan tanggung jawab kita sebagai orang percaya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita membutuhkan ajaran ini untuk tetap terjaga dalam interaksi kita dengan orang lain, dalam mengambil keputusan, serta dalam mendukung komunitas kita. Mari kita renungkan secara mendalam: apakah tindakan kita dapat mendukung pertumbuhan iman dan kasih dalam diri setiap orang di sekitar kita?
Seiring kita terus merenungkan firman Allah, marilah kita berkomitmen untuk menjadi agen perubahan yang penuh kasih, memperlakukan satu sama lain dengan belas kasih, dan mengingat bahwa apa yang kita ikat dan lepaskan di bumi ini memiliki implikasi di sorga. Dengan begitu, kita tidak hanya mendengar firman, tetapi juga melakukannya dalam kehidupan sehari-hari kita.
Referensi
- Alkitab, Matius 18:18.
- Alkitab, Yakobus 1:5.