Menantang pemikiran umum, mengajak jemaat untuk merenungkan, serta pesan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari
Di tengah kesibukan hidup yang semakin kompleks, banyak di antara kita yang sering terjebak dalam rutinitas dan kesibukan sehari-hari. Dalam keadaan seperti ini, kita butuh momen untuk berhenti sejenak, merenungkan makna kehidupan, dan mempertanyakan berbagai asumsi yang telah kita pegang. Salah satu bagian Alkitab yang dapat menjadi refleksi bagi kita adalah Matius 7:15-23.
Dalam Injil Matius, Yesus mengajarkan banyak hal yang mengejutkan dan menantang perspektif umum masyarakat saat itu, dan sama halnya hingga kini. Matius 7:15-23 mengingatkan kita tentang pentingnya bijaksana dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan cara kita menilai orang lain dan ajaran yang muncul di sekitar kita. Mari kita telaah lebih dalam tentang pesan yang terkandung dalam ayat-ayat ini.
1. Mengenali Pemberita yang Salah (Matius 7:15)
Ayat 15 mengingatkan kita, “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan pakaian domba, tetapi di dalamnya mereka adalah serigala yang buas.” Dalam konteks ini, Yesus menekankan pentingnya menilai dan mengenali siapa yang kita ikuti atau percayai. Penggunaan metafora “domba” dan “serigala” menggambarkan dua sisi manusia yang dapat menyesatkan: tampak baik dan ramah di luar, tetapi memiliki niat yang jahat di dalam.
Di dunia modern ini, kita dihadapkan pada berbagai informasi dan pengaruh dari media sosial, pemimpin spiritual, maupun figur publik. Banyak dari mereka yang tampak baik, tetapi kita perlu memiliki kebijaksanaan untuk mengetahui mana yang benar-benar dapat dipercaya. Ini adalah ajakan untuk meningkatkan kecermatan kita dalam memilih pemimpin dan ajaran yang sesuai dengan ajaran Kristus.
2. Buah Memperlihatkan Kualitas (Matius 7:16-20)
Dalam ayat 16 hingga 20, Yesus menekankan bahwa “dari buahnya, kamu akan mengenal mereka.” Sebuah pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik, dan sebaliknya. Ini adalah prinsip dasar dari kehidupan yang dapat kita terapkan dalam menilai baik diri sendiri maupun orang lain.
Ketika kita berhubungan dengan orang lain, baik dalam konteks kekristenan maupun dalam kehidupan sehari-hari, kita harus mampu menilai buah yang dihasilkan dari tindakan dan perkataan mereka. Apakah segala yang dilakukan dan diajarkan membawa dampak positif, kasih, dan kebenaran? Ataukah justru menghasilkan kekacauan dan kebingungan? Menilai buah ini juga berlaku untuk introspeksi diri—apakah kita menghasilkan tindakan dan perkataan yang mencerminkan kasih Allah dalam hidup kita?
3. Perlunya Introspeksi Diri (Matius 7:21-23)
Belum selesai sampai di situ, bagian yang paling menantang dari Matius 7:15-23 adalah ketika Yesus mengatakan, “Bukan setiap orang yang berkata kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di surga.” Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan tindakan kita dalam menjalani iman kita.
Banyak orang mungkin telah melayani di gereja, berdoa, atau terlibat dalam berbagai kegiatan rohani, tetapi apakah semuanya itu sejalan dengan kehendak Tuhan? Hal ini menantang kita untuk tidak hanya menjadi pendengar yang baik, tetapi juga pelaku firman. Kita harus berani melakukan introspeksi. Apa motivasi kita dalam melayani? Apakah kita melakukannya demi pujian manusia atau benar-benar untuk kemuliaan Tuhan?
4. Mengalihkan Fokus kepada Kehendak Tuhan
Rentang antara pengetahuan teologis dan pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari sering kali sangat jauh. Dalam Matius 7:22, Yesus memperingatkan bahwa akan ada banyak orang yang berkata kepada-Nya, “Tuhan, bukankah kami telah bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan melakukan banyak mujizat demi nama-Mu?” Namun, tanggapan Yesus akan mengejutkan, “Aku tidak pernah mengenal kamu; pergi dari pada-Ku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan!”
Ini menggambarkan pentingnya hubungan pribadi dengan Kristus. Pengandalan semata pada aktivitas rohani tanpa didasari hubungan yang benar dengan Tuhan akan berujung sia-sia. Kita diingatkan untuk mengevaluasi kembali apakah kita benar-benar mengenal Tuhan dan apakah hidup kita mencerminkan iman yang kita anut.
5. Kesimpulan dan Aplikasi untuk Kehidupan Sehari-hari
Matius 7:15-23 adalah bagian yang krusial untuk direnungkan. Melalui ajaran ini, Yesus mengajak kita untuk lebih berhati-hati dalam memilih siapa yang kita ikuti, menilai buah dari tindakan kita sendiri, dan mengutamakan kehendak Tuhan di atas segalanya.
Sebagai jemaat, mari kita terus berusaha untuk hidup dalam kebenaran dan berjalan di jalan yang benar. Mari kita memperkuat hubungan kita dengan Tuhan melalui doa dan pengabdian, sehingga apa pun yang kita lakukan bisa menjadi cerminan dari kasih-Nya. Dengan cara ini, kita bisa menjadi terang dan garam bagi dunia sekaligus menunjukkan karakter Kristus di dalam setiap aktivitas kita.
Sekaranglah waktu yang tepat untuk merefleksikan kehidupan kita. Sudahkah kita mengenal Dia dengan cara yang benar? Apakah kita sudah menghasilkan buah yang baik dalam hidup ini? Atau, kita hanya mengikuti ritual tanpa makna? Kembali kepada inti ajaran Kristus adalah kunci untuk menjalani hidup yang penuh arti dan sesuai dengan kehendak Bapa kita di sorga.
Referensi:
- Alkitab Terjemahan Baru, Matius 7:15-23.
- Gordon D. Fee & Douglas Stuart. How to Read the Bible for All Its Worth.
Melalui renungan ini, semoga kita semua tergerak untuk lebih mencintai dan melakukan kehendak Allah dalam setiap aspek kehidupan kita.